KABAR GEMBIRA

siapa mau ikut...

Selasa, 2008 November 18
Anda Gagal Merekrut? Inilah Penyebabnya!!!

Setiap orang yang bergabung dengan sebuah bisnis network-marketing pasti tahu bahwa kegiatan rekruting merupakan urat-nadi perkembangan sebuah jaringan network-marketing. Tanpa merekrut, jaringan bisnis Anda tidak akan berkembang sehingga mengakibatkan bonus yang Anda peroleh juga tidak meningkat. Sebagian besar distributor menganggap kegiatan rekruting sebagai salah satu kegiatan paling sulit dalam mengembangkan sebuah bisnis network-marketing.

Doug Firebaugh, seorang Top Leader industri network-marketing dari Amerika Serikat pernah mengatakan bahwa kegagalan dalam melakukan rekruting timbul karena 5 alasan utama. Kelima alasan tersebut adalah :

1. Distributor yang tidak berkomunikasi dengan prospek : Semua distributor tahu bahwa untuk merekrut, mereka harus sering memperkenalkan bisnis network-marketing yang mereka jalankan kepada teman dan relasi. Walaupun demikian, banyak sekali distributor yang tidak melakukannya. Mengapa?

Alasan utama adalah ”Rasa Takut”.

Cara yang tepat untuk mengatasi “Rasa Takut” adalah dengan meminta bimbingan dan training dari upline supaya perlahan-lahan “Rasa Takut” tersebut dapat dihilangkan.

2. Distributor yang kurang berkomunikasi dengan prospek : Sering kali seorang distributor menetapkan target yang terlalu rendah dalam kegiatan prospekting. Seorang distributor dalam jaringan saya bertanya, “Saya sudah melakukan presentasi 2 kali seminggu selama 2 bulan, tapi belum juga ada yang bergabung dalam bisnis network-marketing saya. Saya rasa saya tidak cocok di bisnis ini.”


Jika Anda juga mengalami hal di atas, mungkin saja “ilmu merekrut” Anda masih belum cukup. Mungkin di bulan-bulan pertama Anda masih perlu melakukan 20 presentasi untuk merekrut satu distributor. Tetapi dengan latihan yang cukup dan bimbingan dari mentor dan upline Anda, kemungkinan besar “ilmu merekrut” Anda akan meningkat secara bertahap sehingga Anda dapat merekrut satu distributor baru setiap minggu.

3. Distributor yang tidak berkomunikasi dengan prospek yang tepat : Seringkali distributor network-marketing menghabiskan terlalu banyak waktu dengan prospek yang tidak tepat. Yang dimaksud dengan prospek yang “tidak tepat” adalah orang-orang yang tidak berminat dan juga tidak cocok untuk menjalankan bisnis network-marketing. Contohnya adalah orang-orang yang suka mengeluh, orang-orang yang gampang menyerah, orang-orang yang tidak berminat untuk meningkatkan penghasilan dan taraf hidup keluarga-nya.

Kalau begitu, bagaimana tipe prospek yang tepat?

Tipe prospek yang tepat adalah orang-orang aktif yang berpikiran positif dan selalu berusaha supaya lebih sukses. Tipe orang-orang ini seringkali bergaul dengan orang-orang sukses lainnya yang selalu berpikiran positif dan berusaha supaya lebih maju.

Supaya Anda dapat merekrut orang-orang sukses, Anda juga harus mempraktekkan kebiasaan orang-orang sukses dengan cara belajar mengembangkan kepribadian melalui training-training yang sering diadakan oleh upline dalam organisasi maupun perusahaan network-marketing yang Anda jalankan.

4. Distributor yang tidak berkomunikasi dengan benar ke prospek : Dalam kegiatan prospekting dan rekruting, kita harus mengutamakan kepentingan prospek. Kita harus sadar bahwa peluang bisnis yang kita tawarkan haruslah sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Jangan sampai kita memaksakan kehendak kepada seorang prospek / calon distributor. Jika kita terlalu memaksakan supaya prospek bergabung dengan bisnis network-marketing kita, bisa saja mereka setuju untuk bergabung dan membayar uang keanggotaan karena segan untuk menolak. Akan tetapi, jika mereka tidak mengembangkan bisnis mereka setelah bergabung secara resmi, maka perkembangan bisnis network-marketing Anda tetap akan terhambat.
5. Distributor yang terlalu banyak bicara : Orang-orang tertentu memiliki kebiasaan untuk terlalu banyak bicara. Seharusnya kegiatan rekruting memiliki porsi presentasi dan tanya jawab yang seimbang. Artinya : kegiatan rekruting merupakan kegiatan dua-arah. Jangan mendominasi kegiatan rekruting dengan presentasi Anda. Supaya terjadi interaksi yang sehat, ada baiknya Anda menanyakan poin-poin tertentu kepada prospek / calon distributor, atau mereka diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan. Jika Anda mendominasi kegiatan rekruting dengan presentasi dari Anda yang bersifat se-arah, ada kemungkinan prospek / calon distributor menjadi antipati terhadap peluang bisnis yang Anda tawarkan.

Demikianlah 5 alasan utama yang mengakibatkan gagalnya kegiatan rekruting. Mudah-mudahan dengan mengetahui penyebab kegagalan rekruting tersebut, Anda dapat menghindarinya dan semakin sukses dalam mengembangkan bisnis network-marketing Anda.
Diposkan oleh Andhika Hantyo P di 03:36 0 komentar
Mengapa Sikap Prospek Yang Positif Berubah Menjadi Negatif Keesokan Hari?

Apakah anda pernah mengalami hal seperti judul di atas? Pada suatu hari, Anda berhasil mengundang prospek untuk mendengarkan peluang usaha yang anda tawarkan. Sang prospek memberikan respon yang baik terhadap tawaran tersebut. Setelah memberikan data-data yang dibutuhkan sebagai syarat untuk terdaftar sebagai anggota, maka prospek anda mengatakan akan melakukan pembayaran pada keesokan hari.

Anda sudah tidak sabar menanti pergantian fajar untuk menerima pembayaran dari anggota team yang baru. Tapi apa yang terjadi? Anda mendapat kabar bahwa pembayaran yang ditunggu-tunggu tidak jadi dilakukan dengan seribu satu alasan yang terdengar logis. Mengapa hal ini sering terjadi? Kelihatannya masih ada kesalahan dalam proses closing yang anda lakukan.

Walaupun anda telah memberikan informasi dengan baik dan benar pada saat presentasi sehingga prospek anda menyambut dengan positif, tetapi sebagian besar orang memiliki sikap untuk bermain aman dan takut tertipu. Maka mereka akan memberikan jawaban ini kelihatannya bagus dan masuk akal, tetapi beri saya waktu satu dua hari untuk memberikan jawaban.

Lalu apa yang mereka lakukan setelah itu? Mereka akan mulai mengajak teman dekat yang lain atau keluarga dekat untuk bergabung. Tetapi karena minimnya pengetahuan yang dimiliki, maka yang diajak malah memberikan peringatan dan sinyal-sinyal negative, sehingga prospek anda menjadi mundur dan merasa bisnis yang anda tawarkan terlalu sulit baginya.

Jadi apa yang harus dilakukan untuk menghindari terjadinya kasus di atas? Pertama-tama anda harus menghargai sikap dari prospek untuk berpikir terlebih dahulu, tetapi harus dibuatkan pagar pengaman sehingga ia tidak bercerita terlebih dahulu kepada pihak lain dengan mengatakan:

1. Saya setuju bahwa anda harus memiliki keyakinan yang bulat untuk berhasil di sini dan itu sangat bagus. Tapi demi kebaikan anda, apabila ada pihak lain yang harus dimintai pendapat dalam mengambil keputusan, maka akan jauh lebih baik kalau dipertemukan lagi dengan saya. Dan kalau masih ada sesuatu yang belum jelas, silakan menghubungi saya kembali, karena apabila anda sakit gigi maka harus berobat ke dokter gigi bukannya dokter mata, demikian juga berlaku di sini, lebih baik anda bertanya pada orang yang benar-benar mengerti tentang bisnis ini dari pada ke orang yang tidak mengerti dan akan menghalangi anda untuk berhasil.
2. Saya mendukung sikap anda, sekarang pikirkanlah dengan baik untuk bergabung atau tidak. Jangan bercerita kepada pihak lain sebelum anda putuskan. Karena ibaratnya anda baru dinyanyikan satu lagu yang baru, maka apabila anda bernyanyi kepada pihak lain, maka hasilnya tidak karuan karena anda belum menguasai lagu tersebut. Jadi hanya putuskan saja untuk bergabung atau tidak.
3. Sebaiknya anda jangan mencoba mengajak orang terlebih dahulu sebelum anda bergabung. Karena mereka akan bertanya apakah anda sudah bergabung? Karena mereka tahu anda belum bergabung, maka hal ini akan diduplikasikan. Sehingga pada akhirnya tidak akan ada yang bergabung dalam bisnis yang bagus ini.

Selamat mencoba, semoga bermanfaat!
Diposkan oleh Andhika Hantyo P di 03:31 0 komentar
Siklus di Bisnis MLM

Sudah merupakan sebuah kenyataan bahwa kegiatan bisnis di MLM selalu berhubungan dengan omzet. Dengan meningkatnya omzet meningkat pula pendapatan/bonus seorang distributor MLM. Peningkatan bonus inilah yang ingin dicapai dan akan memberikan motivasi/semangat kepada pelaku bisnis tersebut (distributor). Dengan semangat tersebut tentunya akan lebih meningkatkan aktivitas bisnis.

MLM (Multilevel Marketing) merupakan distribusi barang/produk secara berjenjang atau bertahap. Untuk pendistribusian secara bertahap ini perlu adanya seorang distributor. Dengan sistem pembagian pendapatan/bonus yang dibuat oleh sebuah perusahaan MLM atau yang lebih dikenal dengan Marketing Plan maka seseorang akan memutuskan untuk melakukan kegiatan bisnis tersebut dengan bergabung menjadi seorang distributor. Nah, sekarang pertanyaannya adalah bagaimana meningkatkan omzet?

Peningkatan omzet di sebuah MLM selalu di mulai dari distributor atau anggotanya, baik itu level terbawah, menengah ataupun top level. Cara yang bisa dilakukan adalah:

1. Sebagai distributor sekaligus pengusaha diwajibkan untuk mengenal produk yang akan dipasarkannya, salah satunya adalah dengan swa konsumsi. Diharapkan dari swa konsumsi ini seorang distributor dapat menceritakan ttg khasiat produk tsb sehingga akan timbul rasa percaya.

2. Alternatif kedua sebagai peningkatan omzet adalah melakukan penjualan. Dengan bercerita pengalaman mengkonsumsi produk merupakan salah cara dalam memasarkan.

3. Karena MLM tidak harus dengan berjualan yg identik dengan seorang sales yang harus door to door, maka seorang distributor mulai harus berpikir ala seorang manajer dalam berbisnis yaitu mulai membuka cabang baru. Perkenalkan bisnis ini ke rekan-rekan yang memiliki komitmen untuk berbisnis, ajarkan hal sama dalam mengelola usaha tersebut. Kegiatan ini merupakan Business Opportunity dan Duplikasi.

Dari 3 kegiatan tersebut tentunya omzet akan meningkat seiring dengan penambahan network dan hasilnya pun akan mendongkrak pendapatan/bonus sehingga semangat para distributor akan terjaga untuk melanjutkan kegiatan bisnis tersebut. Dan ini adalah sebuah siklus “Kegiatan Bisnis -> Omzet -> Semangat -> Kegiatan Bisnis”.

Pengembangan Jaringan Dengan Filsafat Ayam

Banyak di antara pelaku network marketing merasa dirinya gagal dalam menjalankan bisnis network marketing. Padahal yang benar adalah dia belum berhasil karena belum bekerja keras, cerdas, dan ikhlas. Di antara kerja cerdas adalah dengan bekerja meniru cara kerja induk ayam.

Apa yang dilakukan induk ayam?

1. Pacaran : Pacaran adalah ibarat dari prospecting mencari kenalan di manapun dan kapanpun. Di halte bis, di terminal, di dalam lift, bis, kereta, kapal laut, pesawat, dll. Gunakan strategi kenalan dengan menggunakan 'ice-breaking' menanyakan jam, tujuan, keluarga, cuaca, topik yang sedang trend saat ini, dll. Sebaiknya membekali diri dengan membaca buku Dale Carnegie "How to get friends and to influence people" yang sudah diterjemahkan menjadi bagaimana mencari kawan dan mempengaruhi orang lain.

2. Bertelur : Bertelur adalah ibarat dari sponsoring mendapatkan anggota baru.


3. Mengeram : Mengeram adalah ibarat dari melakukan home meeting dan home sharing di rumah anggota baru untuk mengajari yang bersangkutan bagaimana caranya membuat dream book, daftar nama, mengundang, presentasi, follow-up, mengenal produk, mengguanakan alat berupa buku, kaset, dan pertemuan.

4. Mengais mencari makanan bersama anak-anaknya : Memberikan contoh kepada mitra muda (down-line) bagaimana caranya sponsoring dan membina, agar terjadi duplikasi.

5. Melindungi anak-anaknya dari musuh dengan memasukkan mereka dalam dekapannya atau langsung menyerang musuh. Melindungi mitramuda baru dari virus negatif dengan memberikan jawaban yang tepat, bahkan dengan mempersiapkan imunisasi sebelum virus negatif menyerang. Melindungi mereka dari serbuan MLM lain yang akan merontokkan jaringan.

Dalam hal ini saya termasuk orang yang tidak menyetujui polygami MLM. Menjalankan dua MLM bagaikan seseorang yang mendaki dua gunung dalam satu waktu yang bersamaan.

Peribahasa jangan simpan telur dalam satu keranjang berlaku bagi orang yang menekuni MLM tanpa meninggalkan pekerjaannya sebagai pegawai bukan sebagai pelaku MLM lain. Banyak bukti yang menjalankan dua MLM sekaligus jaringannya menjadi rontok, akhirnya terjadi ingin untung jadi buntung.
Ingin dapat semua, malah hilang semua.

Selamat Mencoba! Semoga sukses selalu!!
Diposkan oleh Andhika Hantyo P di 03:28 0 komentar
Kamis, 2008 Oktober 09
Pola Pikir : Penuh Atau Kurang?

Dunia ini adalah dunia yang makmur atau dunia yang kekurangan? Kalau makmur, mengapa ada orang miskin? Kalau kekurangan, mengapa ada orang kaya?

1. Dunia ini penuh dengan uang atau kekurangan uang?

Orang yang merasa dunia kekurangan uang, mencari uang itu sulit, menjadi kaya itu sulit, seringkali benar-benar tidak bisa kaya. Sementara, orang-orang yang merasa dunia penuh dengan uang, bahwa uang bertebarang di mana-mana, tinggal ditangkap saja, atau bahwa menjadi kaya itu mudah sekali, bahkan tidak perlu melakukan sesuatu yang illegal, tetapi bisa kaya dengan mudah, akan selalu menjadi orang yang kaya raya. Koin yang sama, sisi yang berbeda, yang mana yang ingin anda lihat?

2. Dunia penuh dengan prospek atau kekurangan prospek?

Sama juga, orang yang merasa mencari prospek itu sulit, jaringannya pun kecil. Orang yang merasa bahwa mencari prospek itu mudah sekali, prospek ada di mana-mana, selama mata masih melihat adanya manusia, maka itulah prospek, biasanya jaringannya pun tumbuh dengan cepat dan besar.

1. Dunia penuh dengan konsumen retail atau kekurangan konsumen retail?

Lagi-lagi, pandangan yang berbeda terhadap penjualan retail akan menghasilkan sesuatu yang berbeda pula. Banyak distributor yang merasa bahwa menjual itu sulit, siapa yang sanggup dan mau memakai produk kita, dan sebagainya, biasanya mengalami kebingungan dan kesulitan untuk tutup point. Sementara orang-orang yang merasa bahwa dunia penuh dengan konsumen, lagi-lagi selama mata masih memandang adanya manusia, maka merasa bisa diajak bergabung atau beli produk, maka mereka tidak pernah kesulitan untuk tutup point.

4. Dunia penuh dengan harapan atau sudah tak punya harapan?

Banyak orang merasa dunia sudah bobrok, sudah rusak, bejat semua, mencurigai semua orang, berprasangka buruk pada semua orang, biasanya hidup mereka tidak bahagia, sibuk dan pusing memikirkan sesuatu yang mereka tidak bisa mengontrol atau memiliki kuasa untuk mengendalikan. Tetapi orang-orang yang merasa bahwa dunia ini indah, penuh harapan dan rasa syukur, banyak sekali orang-orang baik yang diberikan untuk kita akan hidup lebih tentram, bahagia, dan menjadi orang-orang yang berhasil.

Salam sukses,
Diposkan oleh Andhika Hantyo P di 13:49 1 komentar
Mengapa Saya Memilih MLM?

Orang mengenal saya sebagai seorang sarjana pertambangan, yang pada umumnya bekerja diperusahaan tambang yang lumayan bonafid dengan bayaran yang cukup tinggi. Saya juga menguasai beberapa bahasa asing, yang tentunya menambah "nilai jual" saya. Tetapi mengapa saya malah menekuni bisnis MLM secara fulltime?

1. Saya tidak mau bekerja untuk uang. Daripada saya bekerja memperkaya bos, mengapa saya tidak menjadi bos yang tentunya bisa memperkaya diri saya sendiri? Memiliki bisnis sendiri pasti lebih baik daripada jadi pegawai.
2. Saya tidak suka disuruh-suruh, walaupun dibayar. Harga diri saya terlalu mahal untuk dijual, dan saya tidak mau jual diri demi uang.
3. Saya belajar banyak tentang hubungan manusia di bisnis MLM, dan ini tidak pernah diajarkan di sekolah.
4. Saya belajar benar-benar berbisnis dan menghasilkan uang, bukan teori demi teori saja.
5. Saya bisa belajar memimpin, dan orang-orang yang saya pimpin meliputi orang kalangan bawah sampai orang kalangan atas. Di mana lagi bisa didapatkan kenikmatan ini??? Kapan lagi bisa bicara di depan 1,500 orang seperti yang pernah saya alami???
6. Saya menjadi penerjemah membantu chairman perusahaan MLM saya tanpa dibayar, dan saya senang sekali karenanya. Saya bisa memperlakukan dia sebagai rekan sederajat, bukan sebagai atasan. Saya tidak perlu takut bercanda ria atau menggodanya, karena saya bukan pegawainya. Saya pun tidak takut dimarahi kalau salah, karena dia toh tidak menggaji saya. Alasan yang sama juga saya pakai ketika saya membantu tim support system MLM saya tanpa dibayar.
7. Kalau mau menikah dalam 3 tahun (sejak pertama kali berbisnis MLM), dimulai dari nol (tanpa memiliki apa-apa), harus beli mobil, rumah, pesta, honeymoon, mana bisa kalau jadi pegawai???
8. Saya bisa berpacaran dengan rekan kerja (downline) saya, dan bekerja sama saling menyemangati selama menjalankan bisnis. Kalau di perusahaan konvensional, pacaran dengan rekan sekerja sudah tidak disarankan, apalagi menikah (salah satu harus keluar). Di MLM, saya bisa menikah dengan downline saya, dan bisnis saya tetap tumbuh makin besar, hubungan pun makin lengket (karena kumpul lebih dari 8 jam setiap hari, dibandingkan dengan orang lain yang hanya kumpul waktu weekend atau hanya beberapa jam setiap hari).
9. Saya bisa mengalahkan orang yang mengajak saya (upline saya), baik dari segi pendapatan, peringkat maupun omzet. Di tempat lain, bawahan pasti selalu kalah dengan atasan (skema piramid).
10. Saya bisa kaya dengan membantu upline saya lebih kaya, karena upline saya juga membantu saya agar bisa kaya. Di perusahaan biasa, pegawai hanya memperkaya bos tanpa punya kesempatan dirinya sendiri bisa kaya. Sejarah menunjukkan: pegawai tidak pernah kaya. Orang terkaya selalu bukan pegawai (selalu kaya dari saham). Pegawai termahal tidak seorang pun yang masuk daftar orang terkaya, berapa pun gajinya, dan semua tunjangan hilang ketika pensiun (kalau pun ada, minimal jumlahnya).

Diposkan oleh Andhika Hantyo P di 13:46 0 komentar
Membangun Organisasi Network-Marketing Dengan Teknik ABC

Jika Anda baru bergabung dengan sebuah bisnis network-marketing, Anda akan diminta untuk menuliskan sebuah daftar berisi nama orang-orang yang dikenal baik teman, saudara, keluarga, kolega, teman kantor, dan sebagainya. Kemudian, Anda diminta untuk menghubungi orang-orang tersebut untuk menceritakan kesempatan bisnis yang Anda tawarkan. Metode tersebut adalah metode yang telah dipraktekkan selama lebih dari setengah abad. Walaupun metode tersebut cukup sederhana, tetap saja hanya segelintir orang yang berhasil melakukannya dengan sukses.

Kalau begitu, bagaimana caranya untuk meningkatkan tingkat keberhasilan dalam merekrut di bisnis network-marketing?

Supaya tingkat keberhasilan merekrut dapat meningkat, Anda harus menyadari bahwa kegiatan merekrut adalah sebuah proses yang terdiri dari beberapa bagian :

Satu, Anda menawarkan sebuah kesempatan bisnis, sebuah kesempatan untuk menjadi boss.

Dua, Anda menawarkan kesempatan untuk bergabung dengan sebuah perusahaan network-marketing.

Kedua tahap di atas harus Anda lewati dengan benar sebelum Anda dapat mengajak prospek Anda untuk bergabung dalam bisnis network-marketing yang Anda jalankan.

Berapa persen dari orang-orang yang Anda kenal ingin menjadi boss dan memiliki usaha sendiri?

Saya yakin, jika memungkinkan, lebih dari 85% dari orang-orang yang Anda kenal bercita-cita menjadi boss dan memiliki usaha sendiri. Artinya, jika kendala-kendala yang ada dapat diatasi, 85% dari orang-orang yang Anda kenal akan memilih untuk menjadi boss dan menjalankan bisnis sendiri daripada bekerja untuk orang lain.

Kalau begitu, mengapa tidak semua dari 85% orang yang Anda kenal tersebut menjalankan bisnis mereka sendiri? Biasanya dikarenakan oleh adanya beberapa kendala, antara lain :

Satu : Dibutuhkan modal yang besar untuk memulai sebuah bisnis.

Dua : Dibutuhkan waktu yang banyak untuk mengelola sebuah bisnis.

Tiga : Resiko untuk memulai sebuah bisnis sangat tinggi.

Empat : Tidak tahu cara untuk memulai dan menjalankan sebuah bisnis.

Dengan Teknik ABC, Anda dapat secara bertahap menawarkan bisnis network-marketing kepada prospek Anda. Dengan Teknik ABC, ke-empat kendala yang menghambat seseorang untuk menjalankan bisnis sendiri dapat ditiadakan sehingga potensi Anda untuk merekrut juga meningkat secara signifikan.

Tahap-tahap yang terkandung dalam Teknik ABC adalah sebagai berikut :

Satu, Tahap A : Hapuskan kendala-kendala yang ada.

Dua, Tahap B : Hapuskan keraguan-keraguan yang timbul.

Tiga, Tahap C : Pelajari dengan serius dan mengambil keputusan untuk bergabung atau tidak.


Tahap A : Hapuskan kendala-kendala yang ada.

Skenario : Anda dan teman sedang berbicara santai sambil minum kopi. Kemudian Anda mencoba melihat apakah teman Anda merupakan prospek yang baik untuk bisnis network-marketing. Berikut ini kira-kira adalah diskusi yang berlangsung :

Anda : Saya merasa sudah waktunya untuk saya memulai bisnis kecil-kecilan. Anda pernah berpikir untuk melakukan hal yang sama?

Teman Anda : Tentu saja. Saya sudah berkali-kali memikirkan untuk mulai menjalankan bisnis kecil-kecilan.

Anda : Mengapa tidak direalisasikan?

Teman Anda : Sulit untuk direalisasikan. Terlalu banyak kendala…. Perlu modal besar, perlu komitmen waktu yang sangat banyak, resikonya besar di tengah krisis moneter. Lagipula, saya kan seorang insinyur. Saya tidak memiliki latar belakang bisnis.

Anda : Wah, Anda salah besar. Bagaimana kalau saya tunjukkan sebuah bisnis yang bisa dimulai dengan modal kecil, bisa dijalankan secara part-time, memiliki resiko yang sangat minim. Selain itu, Anda juga akan diberikan training dan pelatihan secara gratis. Anda berminat?

Teman Anda : Kalau begitu, saya tentu berminat.

Anda baru saja mempraktekkan Tahap A dari Teknik ABC. Pada tahap ini Anda memaparkan potensi yang ditawarkan oleh bisnis network-marketing, tanpa menyebutkan kata-kata network-marketing maupun MLM.

Tahap B : Hapuskan keraguan-keraguan yang ada.

Pada tahap ini, Anda mulai menyebut istilah “network”, “jaringan” ataupun “multi-level”. Biasanya pada tahap ini, Anda akan mengetahui apakah seorang prospek itu antusias terhadap bisnis network-marketing atau tidak.

Ada beberapa tipe prospek pada Tahap B Teknik ABC. Tipe-tipe meraka adalah :

Tipe Skeptis, yaitu orang-orang yang berpikiran bahwa network-marketing itu adalah penipuan sejenis penggandaan uang, money game dan sebagainya.

Tipe Netral, yaitu orang-orang yang pernah secara sepintas mendengar tentang beberapa perusahaan network-marketing yang besar, akan tetapi tidak pernah secara serius mempelajari bisnis ini.

Tipe Potensial, yaitu orang-orang yang berminat untuk memempelajari lebih lanjut mengenai bisnis network-marketing.

Di Tahap B, Anda bertujuan untuk menghapuskan keraguan-keraguan pada benak prospek Anda dengan memberikan informasi yang tepat dan benar tentang bisnis network-marketing. Informasi-informasi tersebut mungkin berupa artikel-artikel yang ditulis oleh beberapa selebriti maupun tokoh masyarakat. Tujuan dari Tahap B adalah untuk mempresentasikan bisnis network-marketing secara umum sebagai bisnis yang legal, dan berpotensi tinge dengan resiko rendah, dan bukan untuk mempromosikan bisnis atau perusahaan network-marketing yang Anda jalankan.

Jika Anda bertemu dengan Tipe Skeptis ataupun Tipe Netral, kemungkinan Anda untuk berhasil melewati Tahap B dengan sukses cukup terbatas. Hal ini dikarenakan Tipe Skeptis telah memiliki cara pandang tentang industri network-marketing yang sulit di hapus. Sedangkan untuk Tipe Netral, kemungkinan mereka tidak tertarik dikarenakan oleh alasan-alasan lain.

Jika Anda bertemu dengan Tipe Potensial, Anda dapat melewatkan Tahap B dan langsung memasuki Tahap C.

Tahap C : Pelajari dengan serius dan mengambil keputusan untuk bergabung atau tidak.

Pada Tahap C Teknik ABC, Anda memberikan materi presentasi mengenai perusahaan network-marketing yang Anda jalankan. Selain itu, Anda juga perlu menjelaskan mengenai beberapa produk utama dan business-plan dari perusahaan network-marketing yang Anda jalankan. Setelah itu, barulah Anda mengajak prospek Anda untuk mengambil keputusan untuk bergabung.

Kunci utama dari keberhasilan merekrut dan mengembangkan organisasi network-marketing bukanlah dari meyakinkan prospek mengenai potensi bisnis network-marketing, tetapi dari mengajak prospek-prospek untuk melihat dan mempelajari bisnis network-marketing. Biasanya setelah seorang prospek secara serius melihat dan mempelajari bisnis network-marketing, ia akan tergerak untuk mencoba untuk menjalankannya.

Teknik ABC yang diterapkan secara baik akan meningkatkan rasio orang-orang untuk melihat dan mempelajari bisnis network-marketing secara serius. Semakin banyak orang-orang yang berhasil Anda ajak untuk mempelajari bisnis network-marketing, semakin tinggi juga keberhasilan proses rekruting dalam mengembangkan organisasi bisnis network-marketing Anda.
Diposkan oleh Andhika Hantyo P di 13:39 0 komentar
Hukum Pygmalion - Hukum Berpikir Positif

Pygmalion adalah seorang pemuda yang berbakat seni memahat. Ia sungguh piawai dalam memahat patung. Karya ukiran tangannya sungguh bagus.Tetapi bukan kecakapannya itu menjadikan ia dikenal dan disenangi teman dan tetangganya. Pygmalion dikenal sebagai orang yang suka berpikiran positif. Ia memandang segala sesuatu dari sudut yang baik.

* Apabila lapangan di tengah kota becek, orang-orang mengomel.Tetapi Pygmalion berkata, "Untunglah, lapangan yang lain tidak sebecek ini."
* Ketika ada seorang pembeli patung ngotot menawar-nawar harga, kawan-kawan Pygmalion berbisik, "Kikir betul orang itu." Tetapi Pygmalion berkata, "Mungkin orang itu perlu mengeluarkan uang untuk urusan lain yang lebih perlu".
* Ketika anak-anak mencuri apel dikebunnya, Pygmalion tidak mengumpat. Ia malah merasa iba, "Kasihan,anak-anak itu kurang mendapat pendidikan dan makanan yang cukup di rumahnya."

Itulah pola pandang Pygmalion. Ia tidak melihat suatu keadaan dari segi buruk, melainkan justru dari segi baik. Ia tidak pernah berpikir buruk tentang orang lain; sebaliknya, ia mencoba membayangkan hal-hal baik dibalik perbuatan buruk orang lain.

Pada suatu hari Pygmalion mengukir sebuah patung wanita dari kayu yang sangat halus. Patung itu berukuran manusia sungguhan. Ketika sudah rampung, patung itu tampak seperti manusia betul. Wajah patung itu tersenyum manis menawan, tubuhnya elok menarik. Kawan-kawan Pygmalion berkata, "Ah,sebagus-bagusnya patung, itu cuma patung, bukan isterimu." Tetapi Pygmalion memperlakukan patung itu sebagai manusia betul. Berkali-kali patung itu ditatapnya dan dielusnya. Para dewa yang ada di Gunung Olympus memperhatikan dan menghargai sikap Pygmalion, lalu mereka memutuskan untuk memberi anugerah kepada Pygmalion,yaitu mengubah patung itu menjadi manusia betul. Begitulah, Pygmalion hidup berbahagia dengan isterinya itu yang konon adalah wanita tercantik di seluruh negeri Yunani.

Nama Pygmalion dikenang hingga kini untuk mengambarkan dampak pola berpikir yang positif. Kalau kita berpikir positif tentang suatu keadaan atau seseorang, seringkali hasilnya betul-betul menjadi positif.

Misalnya,
* Jika kita bersikap ramah terhadap seseorang, maka orang itupun akan menjadi ramah terhadap kita.
* Jika kita memperlakukan anak kita sebagai anak yang cerdas, akhirnya dia betul-betul menjadi cerdas.
* Jika kita yakin bahwa upaya kita akan berhasil, besar sekali kemungkinan upaya dapat merupakan separuh keberhasilan.

Dampak pola berpikir positif itu disebut dampak Pygmalion. Pikiran kita memang seringkali mempunyai dampak fulfilling prophecy atau ramalan tergenapi, baik positif maupun negatif. Kalau kita menganggap tetangga kita judes sehingga kita tidak mau bergaul dengan dia, maka akhirnya dia betul-betul menjadi judes.

* Kalau kita mencurigai dan menganggap anak kita tidak jujur,akhirnya ia betul-betul menjadi tidak jujur.
* Kalau kita sudah putus asa dan merasa tidak sanggup pada awal suatu usaha, besar sekali kemungkinannya kita betul-betul akan gagal.

Pola pikir Pygmalion adalah berpikir, menduga dan berharap hanya yang baik tentang suatu keadaan atau seseorang. Bayangkan, bagaimana besar dampaknya bila kita berpola pikir positif seperti itu. Kita tidak akan berprasangka buruk tentang orang lain. Kita tidak menggunjingkan desas-desus yang jelek tentang orang lain.

Kita tidak menduga-duga yang jahat tentang orang lain.

Kalau kita berpikir buruk tentang orang lain, selalu ada saja bahan untuk menduga hal-hal yang buruk. Jika ada seorang kawan memberi hadiah kepada kita, jelas itu adalah perbuatan baik. Tetapi jika kita berpikir buruk,kita akan menjadi curiga, "Barangkali ia sedang mencoba membujuk," atau kita mengomel, "Ah, hadiahnya cuma barang murah." Yang rugi dari pola pikir seperti itu adalah diri kita sendiri.Kita menjadi mudah curiga. Kita menjadi tidak bahagia. Sebaliknya, kalau kita berpikir positif,kita akan menikmati hadiah itu dengan rasa gembira dan syukur, "Ia begitu murah hati. Walaupun ia sibuk, ia ingat untuk memberi kepada kita."

Warna hidup memang tergantung dari warna kaca mata yang kita pakai

Kalau kita memakai kaca mata kelabu, segala sesuatu akan tampak kelabu. Hidup menjadi kelabu dan suram. Tetapi kalau kita memakai kaca mata yang terang, segala sesuatu akan tampak cerah. Kaca mata yang berprasangka atau benci akan menjadikan hidup kita penuh rasa curiga dan dendam.Tetapi kaca mata yang damai akan menjadikan hidup kita damai.

Hidup akan menjadi baik kalau kita memandangnya dari segi yang baik. Berpikir baik tentang diri sendiri. Berpikir baik tentang orang lain. Berpikir baik tentang keadaan. Berpikir baik tentang Tuhan.

Dampak berpikir baik seperti itu akan kita rasakan. Keluarga menjadi hangat. Kawan menjadi bisa dipercaya. Tetangga menjadi akrab. Pekerjaan menjadi menyenangkan. Dunia menjadi ramah. Hidup menjadi indah. Seperti Pygmalion, begitulah.
Diposkan oleh Andhika Hantyo P di 13:36 0 komentar
Dua Kunci Sukses Bisnis Network-Marketing

Jika Anda bertanya kepada pelaku bisnis network-marketing tentang kunci sukses dalam menjalankan bisnis ini, Anda akan mendapatkan beragam jawaban atas pertanyaan tersebut. Tapi, berdasarkan pengalaman dan pengamatan saya, hanya ada 2 kunci sukses dalam menjalankan bisnis network-marketing. Kalau begitu, apakah kedua kunci sukses di bisnis network-marketing???

Kedua kunci sukses tersebut adalah :

1. KONSISTENSI : Anda harus konsisten dalam menjalankan bisnis network-marketing Anda hari-demi-hari, bulan-demi-bulan, tahun-demi-tahun. Sebagai seorang network-marketer, Anda harus konsisten dalam menggunakan produk perusahaan Anda. Selain itu, Anda juga harus konsisten dalam menjalankan kegiatan-kegiatan untuk mengembangkan organisasi network-marketing Anda. Kegiatan-kegiatan pengembangan bisnis yang harus Anda lakukan secara konsisten adalah : melakukan presentasi, merekrut distributor baru, membimbing dan mendidik distributor baru supaya mereka dapat melakukan hal yang sama. Jika Anda dapat menjalankan kegiatan-kegiatan di atas secara konsisten selama 2 s/d 3 tahun dalam mengembangkan bisnis network-marketing Anda, hampir boleh dipastikan Anda akan dapat menikmati residual income yang tinggi dari bisnis network-marketing yang Anda jalankan.
2. JANGAN PERNAH MENYERAH : Penyebab utama kegagalan sebuah bisnis network-marketing adalah distributor yang menyerah. Semua pelaku bisnis network-marketing harus sadar bahwa kebebasan finansial tidak akan datang dengan sendirinya setelah formulir pendaftaran distributor ditanda-tangani oleh mereka.

Banyak pekerjaan dan pengorbanan yang harus dilakukan selama 2 s/d 3 tahun pertama menjalankan bisnis ini sebelum residual income yang diperoleh dapat memberikan kebebasan finansial yang Anda impikan. Selama 2 s/d 3 tahun pertama itulah Anda melakukan investasi dan membangun asset. Residual income baru akan datang setelah fondasi asset Anda berdiri dengan kokoh.

Bisnis network-marketing adalah bisnis yang paling adil karena hasil yang Anda peroleh dari bisnis network-marketing benar-benar merupakan buah dari investasi modal, waktu dan usaha yang Anda tanamkan.

Jika Anda menjalankan bisnis network-marketing atas kesadaran Anda sendiri dan tanpa paksaan orang lain, maka Anda juga dapat menyerah dan berhenti menjalankan bisnis network-marketing kapan saja tanpa paksaan orang lain.

Intinya adalah, jika Anda dapat menyerah kapan saja, mengapa harus menyerah sekarang??? Mengapa harus menyerah sekarang jika Anda tahu bahwa dengan sedikit usaha tambahan dan konsistensi dalam menjalankan bisnis, Anda dapat mendapatkan residual income dan kebebasan-finansial yang Anda idam-idamkan 2 s/d 3 tahun kemudian?

Anda sendiri yang harus menentukan apakah Anda akan menjadi seorang yang SUKSES ataupun GAGAL di bisnis network-marketing. Semuanya terserah Anda!!!
Diposkan oleh Andhika Hantyo P di 13:34 0 komentar
Pemain Baru di Bisnis Network Marketing

Jika Anda pernah menghadiri presentasi bisnis network-marketing pada saat bisnis network-marketing mulai beroperasi di Indonesia kurang lebih 10 tahun yang lalu, Anda akan melihat banyak ibu-ibu rumah tangga yang hadir. Sekarang, bisnis network-marketing telah digeluti oleh orang dari berbagai kalangan dan latar belakang yang berbeda, tapi yang berkembang paling pesat adalah pelaku network marketing baru dari kalangan eksekutif dan kalangan professional.

Perkembangan industri network-marketing selama satu dekade terakhir telah berhasil menarik minat banyak kalangan untuk ikut berpartisipasi. Saat ini, kita sudah melihat banyak professional yang menjalankan dan mengembangkan bisnis network-marketing mereka sendiri.

Sekarang, jika Anda menghadiri presentasi bisnis network-marketing, sudah merupakan hal yang lumrah untuk melihat dokter, bankir, pengacara, bintang sinetron, selebritis yang berpartisipasi dalam presentasi bisnis tersebut.

Meningkatnya partisipasi dari kalangan eksekutif dan professional memberikan kontribusi yang tinggi terhadap perkembangan industri network-marketing. Dengan bergabung, kalangan professional membawa keahlian teknis, pengakuan sosial dan juga kredibilitas terhadap industri network-marketing. Para professional ini adalah orang-orang yang mempunyai karir yang relatif mapan dan penghasilan yang relatif tinggi.

Kalau begitu, mengapa para eksekutif dan professional ini berminat menggeluti bisnis network-marketing?

Para professional tertarik untuk menggeluti bisnis network-marketing karena bisnis ini menawarkan potensi kebebasan finansial (financial freedom) dan kebebasan untuk mengatur hidup mereka sendiri tanpa harus bergantung kepada orang lain.

Para professional adalah calon-calon yang ideal untuk menggeluti bisnis network-marketing. Mengapa?

Mari kita analisa kehidupan seorang dokter. Seorang dokter bekerja 10 s/d 12 jam sehari, dan kadang-kadang harus siaga 24 jam. Memang tidak dapat dibantah bahwa penghasilan seorang dokter relatif cukup tinggi. Jika seorang dokter memperoleh pendapatan Rp.300 juta per tahun, penghasilan tersebut tetap saja merupakan penghasilan linear (linear income). Seorang dokter menerima income jika mereka bekerja/berpraktek, jika mereka tidak bekerja/berpraktek, income tidak akan datang dengan sendirinya.

Walaupun seorang dokter memperoleh income yang relatif tinggi, ia juga menginginkan lebih banyak waktu untuk keluarganya, untuk mengembangkan hobbynya atau untuk menikmati liburan dengan keluarganya. Bisnis network-marketing memungkinkan seorang dokter untuk mencapai apa yang tidak ditawarkan oleh penghasilan linear dia.

Kalangan eksekutif (seperti bankir) juga menginginkan hal yang sama. Akibat Krisis Moneter, banyak bankir yang dulu memperoleh income ratusan juta per tahun mengalami PHK hingga harus mencari sumber income lain dan dapat memberikan income tinggi secara lebih terjamin.

Untuk para eksekutif yang tidak terkena PHK akibat krisis moneter, mereka mungkin harus bekerja 2 kali lebih keras tanpa memperoleh kenaikan gaji. Oleh karena itu, mereka juga mulai mempertimbangkan alternatif-alternatif lain untuk memperoleh income yang tinggi. Lagi-lagi, bisnis network-marketing merupakan solusi yang mereka butuhkan.

Network-marketing adalah satu-satunya bisnis yang beresiko rendah, tetapi berpotensi memberikan hasil yang luar biasa tinggi. Hal ini tentu saja menarik untuk para professional yang walaupun mempeoleh income yang tinggi, tetapi harus dengan mengorbankan waktu yang seharusnya di-alokasikan untuk keluarga dan orang-orang tercinta.

Saya yakin, dengan berlalunya waktu, akan semakin banyak lagi eksekutif dan professional yang juga akan ikut bergabung dan mengembangkan industri network-marketing ini.

Jika Anda adalah seorang professional yang sedang mempertimbangkan untuk menggeluti bisnis network marketing, dengan senang hati saya akan bekerjasama dengan Anda untuk mewujudkan financial independence yang Anda impikan.
Diposkan oleh Andhika Hantyo P di 13:32 0 komentar
Network Marketer & Konglomerat Properti : Sebuah Analogi

Jika Anda menjalankan bisnis network marketing, maka Anda dapat di-ibaratkan seperti seorang konglomerat properti yang mempunyai banyak asset-asset properti berupa gedung dan perkantoran bertingkat. Bagaimana mungkin???

Bisnis network marketing adalah sebuah bisnis jangka panjang yang akan memberikan hasil berupa residual income secara terus-menerus walaupun usaha awal untuk memperoleh income tersebut telah selesai dilakukan pada waktu yang lampau. Seorang network marketer perlu menginvestasikan modal, meluangkan waktu untuk membangun organisai network-marketing secara perlahan-lahan, satu distributor demi satu distributor. Pada saat organisasinya telah berkembang, sukses dan produktif, residual income akan diperoleh secara terus menerus walaupun ia memutuskan untuk tidak lagi aktif menjalankan bisnis network marketingnya.

Seorang konglomerat properti juga membutuhkan waktu yang lama untuk merencanakan proyek properti, membangun pondasi, menyelesaikan konstruksi setingkat demi setingkat hingga akhirnya selesai membangun gedung bertingkat yang menghasilkan uang sewa secara terus-menerus di kemudian hari.

Jika Anda baru saja memulai bisnis network marketing Anda, kemungkinan besar Anda akan bertemu dengan orang yang mentertawai, menganggap remeh atau bahkan mencemooh usaha Anda dalam mengembangkan bisnis network marketing Anda. Pada saat Anda berada dalam posisi sulit tersebut, Anda dapat memberikan jawaban sebagai berikut :

“Teman, mari saya ceritakan proyek apa yang sedang saya kerjakan. Saat ini, saya sedang menjalankan proyek jangka panjang untuk mencapai kebebasan finansial (financial freedom). Proyek yang saya kerjakan sekarang kurang lebih mirip sebuah proyek properti. Bisa diibaratkan saya sedang membangun apartemen 50 kamar untuk dikontrakkan kepada orang lain.”

“Anda sendiri tahu bahwa perlu waktu untuk membangun apartemen 50 kamar bukan?? Nanti kalau sudah selesai dibangun, saya akan menikmati income dari hasil mengontrakkan 50 apartemen tersebut kepada orang lain.”

“Saat ini, saya sedang dalam proses konstruksi gedung apartemen-nya. Wajar saja kalau sewaktu saya membangun gedung tersebut, saya perlu melakukan investasi. Dan tentu saja selama periode konstruksi gedung apartemen tersebut, saya masih belum akan menikmati uang sewanya, bukan??”

Berhentilah berbicara sejenak. Lawan bicara Anda pasti sadar bahwa tidak mungkin memperoleh uang sewa apabila gedung apartemen 50 kamar tersebut belum selesai dibangun.

Kemudian lanjutkan pembicaraan Anda :

“Begitulah keadaannya. Saat ini saya sedang berada dalam tahap membangun. Nanti kalau sudah selesai, akan saya kabarkan dan bersama-sama akan kita lihat hasilnya.”

“Bagaimana dengan Anda?? Apakah Anda melakukan proyek jangka panjang untuk masa depan Anda??”

Cukup demikian tanggapan Anda. Tergantung kepada lawan bicara Anda untuk memahami dan mempelajari bisnis network marketing yang sedang Anda jalankan.

Jangan pernah merasa malu mengakui bahwa Anda melakukan bisnis network marketing!!!

Anda memang benar-benar menjalankan proyek jangka panjang, sama seperti halnya seorang konglomerat properti. Apakah seorang konglomerat properti merasa malu jika gedung bertingkat yang dibangunnya sedang dalam tahap perencanaan dan konstruksi??? Tentu saja tidak!!! Oleh karena itu, Anda juga tidak perlu merasa malu mengakui keterlibatan Anda di bisnis network marketing. Berapa banyak income yang Anda harapkan dari bisnis network marketing Anda?? Semuanya terserah Anda. Yang perlu Anda ingat adalah, Anda sedang membangun asset yang akan menghasilkan income di kemudian hari. Mungkin perlu waktu beberapa tahun untuk dapat menikmati hasil dari investasi Anda. Konglemerat properti juga membutuhkan waktu beberapa tahun sebelum dapat menikmati income dari menyewakan gedung bertingkat yang dia bangun.

Jadi, berapa banyak income yang Anda harapkan dari bisnis network marketing Anda???
Diposkan oleh Andhika Hantyo P di 13:31 1 komentar
Posting Lama
Langgan: En

Baca Terusannya..

TO : ARYO

Yo data kamu. klik disini



Baca Terusannya..

Lowongan Kerja

Sehubungan akan dibukanya jaringan outlet rabbani di seluruh Indonesia dan luar negeri maka dengan ini kami menantang SDM yang bukan sekedar bekerja, tetapi juga berjihad dengan kerjanya UNTUK POSISI :

15 000 Sales Promotion Girls (SPG)
1000 Supervisor Outlet (SO)
300 Store Manager (SM)
100 Manager Marketing Area (MMA)
100 Fashion Creator (FC)
50 Staff Information Technologi (IT)
20 Staff Acounting (SA) 20 Staff Gudang (SG)
10 Staff Design Grafis (DG)
1 Finance Manager (FM)
-----------------
Dengan Kualifikasi :
- Berpengalaman Organisasi
- Berpengalaman Kerja Minimal 2 Tahun di Bidang yang sama
- Pendidikan Minimal SMA/SMK (SPG, SG)
- Pendidikan Minimal D3 Semua Jurusan (SO,SM,DG,FC,IT)
- Pendidikan Minimal S1 Jurusan Akutansi (SA,FM)
- Energik,Menarik, Komunikatif, Persuasif & Memimiliki Jiwa SPG Prenuer (SPG)
- Minimal Tinggi Badan 160 CM (SPG)
- Memahami Pajak,Payroll,Laporan Keuangan,Sistem Informasi Keuangan (SA)
- Mampu Menyelesaikan masalah Akutansi dari A-Z (SA)
- Berpengalaman Memanage Usaha Ritel, Memiliki Skill Negosiasi (SO, SM)
- Memiliki Jiwa SPV Prenuer / SM Prenuer (SO, SM)
- Sanggup Bekerja Dengan Target (SO, SM)
- Bisa menggambar Freehand & Komputer, Thingking Out Of the Box (DG, FC)
- Memiliki Ide-ide Nakal (DG,FC)
- Melampirkan Karya (DG, FC)
- Menguasai Technical Problem dan IT Secara Keseluruhan (IT)
- Bersedia ditempatkan diluar kota diseluruh Indonesia (SPG,SO,SM,SG,IT)
- Menguasai Analisis Keuangan, Analisis Resiko, Investment Fund (FM)

Selanjutnya Kirimkan Lamaran Kerja Anda Ke :

RABBANI HOLDING

GEDUNG RABBANI HYPNOFASHION HALL

Jln Dipati Ukur No 44 Lantai 4 Bandung, Jawa Barat
Atau Via Email : assyarkhani@gmail.com
atau Hubungi : 081573530788


NOTE : PALING LAMBAT BULAN JULI 2009

Baca Terusannya..

Kontak Jodoh



Welcome
selamat datang di forum kontak jodoh.
bagi yang berminat mencari jodoh silakan.....

kirimkan biodata anda dan foto anda ke alamat : kontakjodohku@yahoo.com
foto dan data yang masuk akan di pajang di web ini ( hanya nama, usia dan asal )
data lain bisa kontak melalui email pengelola atas persetujuan keduabelah pihak



LINK BAGUS
Link ini berisi tentang Link-link yang berhubungan dengan kode -kode Bank ( Bank Code ) khusunya kode untuk kliring / transaksi online.
semoga bermanfaat.

1. SWIFT CODE ( KODE TRANSFER ANTAR BANK)
2. SWIFT.COM
3. SWIFT From BLOG
4. WEB nya Hendra
5. Tentang Swift Code Bank juga
11111111

Baca Terusannya..

Foto Galeri

Hai Bro & Sis
buat kamu2 yang suka narsis, ini kesempatan kamu buat ajang mejeng..

kirimkan foto2 narsis kamu ke galerinarsis@yahoo.com
foto dengan poolling terbaik akan mendapatkan hadiah. :)

Baca Terusannya..

Download

download streamer marketiva klik disini 


Baca Terusannya..

Kisah Batu Isra’ Mi’raj Yang Penuh Kebohongan

Subhannallah. ..

Bukti kebesaran Allah SWT batu tempat duduk Nabi Muhammad SAW saat Isra Mi’raj sampai kini masih tetap melayang di udara. Pada saat Nabi Muhammad mau Mi’raj batu tsb ikut, tetapi Nabi SAW menghentakan kakinya pada batu tsb, maksudnya agar batu tsb tak usah ikut. Kisah Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW tentang batu gantung tsb yang berada dalam masjid Umar (Dome of the Rock) di Lingkungan Masjidil AQSHA di Yarusalem

ini foto dari teman saya sewaktu melawat Al Aqsa (yg sebenarnya) di Jerusalem, Subhanallah … foto ini bisa lolos karena tidak diketahui oleh pihak israel yg menjaga tempatnya dengan sangat ketat.

Sampai sekarang mesjid dome of rock ditutup untuk umum, dan Yahudi membuat mesjid lain Al Sakhra tak jauh disebelahnya dengan kubah “emas” (yg sering terlihat di poster2 yg disebarkan ke seluruh dunia dimana2) dan disebut sebagai Al Aqsa, untuk mengelabui ummat islam dimana mesjid Al Aqsa yang sebenarnya, yang Nabi Muhammad SAW pernah sebutkan Al Aqsa sebagai “mesjid kubah biru”.

Saat ini mesjid Al Aqsa yg sebenarnya sudah diambil alih oleh israel , dan rencananya mau dihancurkan untuk diganti sebagai temapat ibadah mereka karena bersebelahan dengan tembok ratapan.

Semula aku pikir ini email serius…hingga aku dapatkan bantahan berikut:

———- Forwarded message ———-

Bismillahirrahmaanirrahiim,
Assalaamu ‘alaykum warahmatullahi wabarakaatuh,

Sebelumnya, saya belum menjumpai riwayat shahih mengenai batu dalam peristiwa Isra’ Mi’raj. Perlu ada dalil untuk menetapkan hal ini. Namun beberapa kali saya menerima e-mail mengenai batu melayang di Palestina yang katanya disembunyikan oleh Israel (lihat contoh e-mailnya di bawah, fotonya ter-attach).

Alhamdulillah baru saja bertemu dengan seorang teman dari Palestina dan saya menanyakan masalah batu ini. Kata dia bahwa TIDAK ADA batu melayang di Palestina. Ada pun batu yang dikatakan terkait peristiwa Isra Mi’raj ada di dalam Masjid Dome of the Rock (yang dalam Bahasa Arab adalah Masjid Qubbat as-Shakhrah ) di bawah kubahnya. Dia sudah melihat batu itu dan yakin bahwa batu itu TIDAK MELAYANG. Juga Masjid Umar berbeda dengan Masjid Dome of the Rock.

Jadi e-mail itu mengandung banyak kerancuan:
- batu berada di luar padahal harusnya ada di dalam masjid
- batu itu melayang padahal tidak
- membedakan Masjid Dome of the Rock dengan Masjid Qubbat as-Shakhrah padahal sama (jika yang dimaksud Masjid Al Sakhra adalah Masjid Qubbat as-Sakhrah)
- menyamakan antara Masjid ‘Umar dengan Masjid Qubbat as-Shakhrah padahal berbeda

Jika ada yang mengatakan bahwa foto itu diambil sebelum batu itu dimasukkan ke Masjid Dome of the Rock maka ini kerancuan lebih parah. Masjid Qubbat as-Sakhrah dibangun oleh Khalifah Abdul Malik bin Marwan di akhir abad ke-7 M. Perhatikan pula bahwa kini sangat mudah untuk memanipulasi foto.

Sangat penting untuk berhati-hati dalam menyebarkan berita seperti ini. Alih-alih meningkatkan pengetahuan umat Islam, berita ini justru menyebarkan kerancuan sejarah.

Allahu Ta’ala a’lam.

Wassalaamu ‘alaykum warahmatullahi wabarakaatuh,

Ahmad Ridha bin Zainal Arifin bin Muhammad Hamim
(l. 1400 H/1980 M)

Pheww….ternyata hoax toh…benar-benar sebuah artikel sesat, yg bisa menjerumuskan kita-kita.

Adapun bantahan lengkapnya adalah

Kajian dan kesaksian dari Muhammad Nashiruddin al-Albani dalam buku ke-3 beliau dari 4 buku Silsilah Hadits Dha’if dan Maudhu, terbitan Gema Insani Press 1999 halaman 584 - 585 hadis nomor 1252 :

—- awal kutipan —

Hadits no. 1252
Batu besar adalah batu yang di Baitil Maqdis diatas pohon korma

Batu besar adalah batu yang di Baitil Maqdis diatas pohon korma, dan pohon korma berada ditepi sungai dari sungai-sungai didalam surga, dan dibawah pohon korma ada Asiyah istri Fir’aun dan Maryam binti Imron, keduanya mengatur kalung-kalung penghuni surga hingga hari kiamat.

Hadis ini Maudhu’, diriwayatkan oleh Ibnu Asakir ( I/274/19 ) dari Ibrahim bin Muhammad, ” Telah memberitakan kepada kami Muhammad bin Mukhallad, memberitakan kepada kami Ismail bin Ayyasy dari Tsa’labah bin Muslim al-Khats’ami dari Su’ud bin Abdir Rahman dari Khalid bin Mi’dan dari Ubadah bin Shaamit secara marfu’ “, kemudian Ibnu Asakir berkata, ” Telah diriwayatkan oleh lainnya yang juga dari Khalid, seraya menjadikannya sebagai ucapan Ka’ab.”

Adz-dzahabi menuturkan hadis ini dalam rangka mengutarakan otobiografi Muhammad bin Mukhallad ar-Ra’aini al-Himshi. Kemudian ia berkata : Telah diriwayatkan oleh Abu Bakar Muhammad bin Ahmad al-Wasithi al-Khatib dalam ‘Fadhail Bait al-Maqdis’ dengan sanad gelap kepada Ibrahim bin Muhammad, dari Muhammad bin Mukhallad dan merupakan berita kedustaan yang jelas.” Lebih jauh tentang Muhammad bin Mukhallad ini, adz-Dzahabi berkata : Ia telah menyampaikan hadis-hadis batil … ; seraya menuturkan bahwa hadis ini adalah salah satunya.

Didalam kitab al-Lisan Ibnu Hajar mengatakan bahwa menurut Ibnu Adi, Muhammad bin Mukhallad mungkar periwayatannya, dari siapapun diriwayatkannya. Sedangkan ad-Daruquthni mengatakan didalam kitab Gharaa’ib Maalik, ” Orang ini ditinggalkan periwayatannya “.

Saya pernah bertandang ke Baitul Maqdis pada pertama kalinya ditahun 1385 Hijriah, tepatnya tanggal 23 Jumadil Ulaa 1385 Hijriah, setelah tercapainya kesepakatan antara pemerintahan Yordania dan Suriah yang membolehkan penduduk negara masing-masing untuk keluar masuk dengan bebas tanpa menggunakan paspor.

Sayapun mempergunakan kesempatan emas ini dan menyegerakan pergi ke Baitul Maqdis, lalu sholat di Masjid al-Aqsha, sambil mengunjungi batu besar. Maksud saya hanya melihatnya.

Sesungguhnya batu itu tidak ada keutamaannya secara syar’i, kebalikan apa yang diyakini oleh kebanyakan orang dan yang digembar-gemborkan oleh pemerintahnya. Dan dari pintu sebelah dalam saya melihat tertulis sebuah hadis yang mengatakan bahwa batu itu berasal dari surga.

Menurut dugaan saya, hadis itu maudhu’ ( palsu ) sebagaimana hadis ini ( hadis no. 1252 ).; Adapun hadis yang berbunyi al-’ajwatu sash shakhratu minal jannati adalah hadis dhaif karena ketidak mantapannya seperti yang saya jelaskan dengan rinci dalam kitab al-Irwaa’ al-Ghalil nomor 2763, silahkan anda merujuknya.

—- akhir kutipan —

Mudah2an kita tidak tertipu lagi dengan berita2 bohong (hoax) seperti ini.

Foto-foto bisa dilihat di (foto tipuan) sini, (penjelasan kebohongan) sini, dan (foto sebenarnya) sini.

Update:
Silakan baca di sini untuk membaca kesaksian wartawan yg TIDAK PERNAH menyaksikan adanya ‘keajaiban’ ini. Dengan kata lain, INI BOHONG SEMATA!!!

di tulis oleh : tausyiah275

Baca Terusannya..








Hosting Murah Indonesia




Free Domain co.cc









Baca Terusannya..

Cari Dollar pake Bizhat

Satu lagi nih ada program peraup dollar. Program ini hampir sama dengan ziddu, yaitu sistemnya adalah kita upload file trus dapet dollar jika ada yang mendownload file tersebut. Namanya adalah BizHat. Tapi program BizHat ini memiliki kelebihan dibanding ziddu, apa itu?


kelebihannya yaitu saat pertama kali daftar kita akan langsung dapet kucuran dana sebesar $1 (lumayan), trus kelebihan lainnya adalah batas minimum penarikan. Kalo ziddu batas penarikannya adalah $10 tapi yang ini (BizHat) batas penarikannya adalah $5, jadi kita hanya butuh $4 lagi supaya bisa mencicipi hasil pertama. Bayarannya akan dikirim lewat paypal.

Berikut ini feature2 selengkapnya dari BizHat:

1. Kapasitas penyimpanan Unlimited.
2. Maksimal per file untu di upload 200 MB.
3. $0.001 per unik download.
4. $0.1 per referral yang mendaftar.
5. Bonus $1 saat mendaftar.

Nah bagi yang pengen mendapatkan penghasil tambahan, buruan mendaftar. Mendaftarnya lewat sini aja ya, alias jadi referalku, kan aku yang ngasih tahu info ini ke kamu, gak ada ruginya kok. OK..

SILAKAN DAFTAR DISINI

Baca Terusannya..

Cara Download MP3 pake MIRC

Emang bisaaa... ???
Ya iyalah.. masa ya iya donk :)
aku juga belum coba sih, tapi banyak temen chat yang bilang bisa buat download.
ga percaya..baca aja semuanya..

How to Download MP3 using IRC

IRC is Internet Relay Chat. If you haven't used it before it's name can be deceiving. There are many chat rooms, but there are also rooms where people share files. IRC is the place your most likely to find a certain song. Or one you have just about given up on finding. There are many people with giant collections. All at your finger tips. First you need an IRC program. Go to mirc.com, download and install the mIRC program. You can get it from our Utilities section. Most likely you will need the 32 bit version. You are free to use any other irc program, but i recommend this one.

Start the program. The first thing you need to do is click on File. Then go to Options if it's not already open. Then go Down to Sounds. Then Request, remove the check from box next to (Send '!nick file' as private message) . This is a must if your gonna be successful downloading files in IRC.

Start the program. The first thing you need to do is click on File. Then go to Options if it's not already open. Then go Down to Sounds. Then Request, remove the check from box next to (Send '!nick file' as private message) . This is a must if your gonna be successful downloading files in IRC. Start the program. The first thing you need to do is click on File. Then go to Options if it's not already open. Then go Down to Sounds. Then Request, remove the check from box next to (Send '!nick file' as private message) . This is a must if your gonna be successful downloading files in IRC.

Now make up some stuff to put in the name's and email address boxes. Ok to find mp3's I recommend you start by connecting to DALnet. But later Undernet , Efnet are also good. You can also find Mp3 Rooms in almost all the different networks. Now Connect! Just go with random server for now.

*A few quick note's before you connect to IRC. First you must be connected to the internet via your Internet Service Provider to connect to IRC. *Select a Very unusual nickname. Many nicknames are registered in the various networks. If you chose one that is already being used Your will be change by the network to "Guest125067" or something close. If you use any of these symbols, ^ or a number in your nick it will help you have a unique nickname. Example Wizard_5 or^^Wizardl5^^.

Now that your connected let's get down to business. Click on the 4th icon from the left on your tool bar. A window like the one in the picture below will popup. In the match text: window type mp3. And Click on Get List! Now a list will come up of all the mp3 rooms. Pick out a room from the list and double click on it in the list and you will join the room. Now that your in the room what to do. Well the people with the @ symbols next to their nicknames are the operators of the channel. For a few minutes just read what's going on in the room. ok let's say we are looking for a song by a band called the "Sash". So now type @locator Sash in the channel window. Or type @find Sash. Find is used on the undernet, locator on dalnet, some of the networks accept both. If you want a specific song by the Sash named "Adelante". So to narrow our search you would type @Locator Sash Adelante. If anyone in the room has the song your looking for. In this case "fun time". You will get a reply from their script. Which normally will open a small box at the top of the window. Lets say a person with the nick " DJ_Pixel " has the song .The window from him will say something like this.To receive this file from me type: !DJ_Pixel Sash - Adelante.mp3

The easiest way to get this file is to copy and paste it to your command line. Hold your right mouse key down and drag your pointer across the !DJ_Pixel Sash - Adelante.mp3 . Now click your cursor back to the command line , while holding the shift key down , press the insert key. Now press enter. This will post your request to the room. Now !DJ_Pixel will send you the song right away, or you will be placed in his Que. Then you will have to wait till a slot opens and the song sends to you. When you download a song it will be placed in the MIRC/DOWNLOADS folder

So lets see if !DJ_Pixel has a mp3 list maybe he has other songs we want. To get his list type @DJ_Pixel it should auto send without any wait. Another good thing there are normally instructions at the top of his list that could be specific to the script he is running. * Note * These commands work with any user that is running mp3 script in IRC, just change the user name to their nick.

Armed with this information your ready to start getting mp3's on IRC.


Quick Info

Offer is only valid in the United States.

Only one account is allowed per household.
Offers
Blockbuster

This is easy to do, although you have to pay. But the service is actually a pretty good deal. It only costs $10 and you get credited within a couple minutes.
Real Rhapsody/Arcade

Easy and only 99 cents.
eFax

They offer a 30-day free trial and credit within a couple days.
Stamps.com

They offer a 30-day free trial, but credit can take several days.
Buyers Advantage or Travelers Advantage

These are both run by the same company. Pay $1 and that's it. With Buyers Advantage you actually get a $20 Circuit City gift card too, making it one of the best offers.
Others

If you see an offer that is actually providing a product you want... go for it!

So get to it!

Baca Terusannya..

Ares . exe

ini link ares, klik disini



Baca Terusannya..

17 agustus 1945

Hmm,.. agustusan tahun ini kayanya adem-adem aja ya...

apa saya nya yang jarang keluar rumah .. ah,, ga tau deh.. tinggal 1 hari lagi tanggal 17 agustus

Baca Terusannya..

Demam Olimpiade Beijing


Butuh dana dan waktu yang tidak sedikit dalam mempersiapkan perhelatan olah raga yang sangat wahhh. Beijing 08-08-08 mungkin pada tanggal tersebut banyak orang yang membuat agenda / momen tersendiri, sebagai kenang-kenangan dimasa yang akan datang.
bagi teman2 yang ingin megikuti acara olimpiade yang ke 29 ini. teman2 dapat melihat di situs resminya di .....





Olimpiade ke 29

Lokasi:
Beijing, PR China

Tanggal pembukaan:
08/08/2008

Tanggal penutupan:
24/08/2008

Situs resmi:
http://www.beijing2008.com/

Baca Terusannya..

TEMU ALUMNI TANGGAL 08-08-2008

Temu alumini Keluarga Asrama Mahasiswa Putra UNPAD, baru saja di laksanakan di Bandung hari jumat kemarin.
1 Minggu sebelum pelaksanaan sudah disebar informasi melalui sms berantai kepada temen2 alumni, tapi sayang....

kurang lebih 4 5 sms masuk ke nomor saya dari nomor yang berbeda, tentu saja dari temen2 sesama alumni yang isinya memberitahukan bahwa akan di adakan temu alumni KAMP UP di Bandung.
kenapa harus mengambil harus jumat tanggal 8 agustus 2008 ? apakah karena moment yang bagus dan mudah di ingat atau karena kebiasaan kita untuk menggunakan tanggal "keramat" dalam melaksanakan kegiatan. klo tanggal tersebut bertepatan dengan dari sabtu atau minggu, sudah bisa dipastikan saya bisa mengikuti acara tersebut, apalagi di Bandung yang notabene tempat "bermain" saya.
Kepada temen2 yang ikut dalam acara tersebut mohon untuk dapat menginformasikan hal2 apa saja yang disepakati dari acara tersebut.
bisa saja di publikasikan di wblog ini, dengan cara memberi komentar atau kirim via email ke yogi_asb@yahoo.com. biar nanti saya yang me re-publish nya.

bagi temen2 alumni kamp unpada. bisa menghubungi saya di 08176914878 atau di 021 91072073.
wasalam

Baca Terusannya..

Thanks To Kendhin X

Thansk To : Mas Bakhrudin ( Kendhin X)


Mas kendhin makasih banget atas panduannya ngajarin saya, untuk belajar trik dan tips tentang blog. makasih banget, semoga ilmunya menjadi ilmu yang bermafaat dan berguna bagi temen-temen yang lainnya. sukses selalu buat mas kendhin.
thanks

Baca Terusannya..

Global Warming

This article is about the current period of increasing global temperature. For other periods of warming in Earth's history, see Palaeoclimatology and Geologic temperature record. See also climate change.....


This article is about the current period of increasing global temperature. For other periods of warming in Earth's history, see Palaeoclimatology and Geologic temperature record. See also climate change


Global mean surface temperature anomaly relative to 1961–1990
Global mean surface temperature anomaly relative to 1961–1990
Mean surface temperature anomalies during the period 1995 to 2004 with respect to the average temperatures from 1940 to 1980
Mean surface temperature anomalies during the period 1995 to 2004 with respect to the average temperatures from 1940 to 1980

Global warming is the increase in the average measured temperature of the Earth's near-surface air and oceans since the mid-twentieth century, and its projected continuation.

The average global air temperature near the Earth's surface increased 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) during the hundred years ending in 2005.[1] The Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) concludes "most of the observed increase in globally averaged temperatures since the mid-twentieth century is very likely due to the observed increase in anthropogenic (man-made) greenhouse gas concentrations"[1] via an enhanced greenhouse effect. Natural phenomena such as solar variation combined with volcanoes probably had a small warming effect from pre-industrial times to 1950 and a small cooling effect from 1950 onward.[2][3]

These basic conclusions have been endorsed by at least thirty scientific societies and academies of science,[4] including all of the national academies of science of the major industrialized countries.[5][6][7] While individual scientists have voiced disagreement with some findings of the IPCC,[8] the overwhelming majority of scientists working on climate change agree with the IPCC's main conclusions.[9][10]

Climate model projections summarized by the IPCC indicate that average global surface temperature will likely rise a further 1.1 to 6.4 °C (2.0 to 11.5 °F) during the twenty-first century.[1] This range of values results from the use of differing scenarios of future greenhouse gas emissions as well as models with differing climate sensitivity. Although most studies focus on the period up to 2100, warming and sea level rise are expected to continue for more than a thousand years even if greenhouse gas levels are stabilized. The delay in reaching equilibrium is a result of the large heat capacity of the oceans.[1]

Increasing global temperature is expected to cause sea level to rise, an increase in the intensity of extreme weather events, and significant changes to the amount and pattern of precipitation. Other expected effects of global warming include changes in agricultural yields, modifications of trade routes, glacier retreat, species extinctions and increases in the ranges of disease vectors.

Remaining scientific uncertainties include the amount of warming expected in the future, and how warming and related changes will vary from region to region around the globe. Most national governments have signed and ratified the Kyoto Protocol aimed at reducing greenhouse gas emissions, but there is ongoing political and public debate worldwide regarding what, if any, action should be taken to reduce or reverse future warming or to adapt to its expected consequences.
Contents
[show]

* 1 Terminology
* 2 Causes
o 2.1 Greenhouse gases in the atmosphere
o 2.2 Feedbacks
o 2.3 Solar variation
* 3 Temperature changes
o 3.1 Recent
o 3.2 Pre-human climate variations
* 4 Climate models
* 5 Attributed and expected effects
o 5.1 Economic
* 6 Adaptation and mitigation
* 7 Social and political debate
* 8 Related climatic issues
* 9 See also
* 10 Notes and references
* 11 Further reading
* 12 External links

Terminology

The term "global warming" refers to the warming in recent decades and its projected continuation, and implies a human influence.[11][12] The United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) uses the term "climate change" for human-caused change, and "climate variability" for other changes.[13]. The term "climate change" recognizes that rising temperatures are not the only effect.[14] The term "anthropogenic global warming" (AGW) is sometimes used when focusing on human-induced changes.

Causes
Components of the current radiative forcing as estimated by the IPCC Fourth Assessment Report.
Components of the current radiative forcing as estimated by the IPCC Fourth Assessment Report.

Main articles: Attribution of recent climate change and Scientific opinion on climate change

The Earth's climate changes in response to external forcing, including variations in its orbit around the Sun (orbital forcing),[15][16][17], changes in solar luminosity, volcanic eruptions,[18] and atmospheric greenhouse gas concentrations. The detailed causes of the recent warming remain an active field of research, but the scientific consensus[19][20] is that the increase in atmospheric greenhouse gases due to human activity caused most of the warming observed since the start of the industrial era. This attribution is clearest for the most recent 50 years, for which the most detailed data are available. Some other hypotheses departing from the consensus view have been suggested to explain most of the temperature increase. One such hypothesis proposes that warming may be the result of variations in solar activity.[21][22][23]

None of the effects of forcing are instantaneous. The thermal inertia of the Earth's oceans and slow responses of other indirect effects mean that the Earth's current climate is not in equilibrium with the forcing imposed. Climate commitment studies indicate that even if greenhouse gases were stabilized at 2000 levels, a further warming of about 0.5 °C (0.9 °F) would still occur.[24]

Greenhouse gases in the atmosphere

Main articles: Greenhouse gas and Greenhouse effect

The greenhouse effect was discovered by Joseph Fourier in 1824 and was first investigated quantitatively by Svante Arrhenius in 1896. It is the process by which absorption and emission of infrared radiation by atmospheric gases warm a planet's lower atmosphere and surface.
Recent increases in atmospheric carbon dioxide (CO2). The monthly CO2 measurements display small seasonal oscillations in an overall yearly uptrend; each year's maximum is reached during the Northern Hemisphere's late spring, and declines during the Northern Hemisphere growing season as plants remove some CO2 from the atmosphere.
Recent increases in atmospheric carbon dioxide (CO2). The monthly CO2 measurements display small seasonal oscillations in an overall yearly uptrend; each year's maximum is reached during the Northern Hemisphere's late spring, and declines during the Northern Hemisphere growing season as plants remove some CO2 from the atmosphere.

Existence of the greenhouse effect as such is not disputed. Naturally occurring greenhouse gases have a mean warming effect of about 33 °C (59 °F), without which Earth would be uninhabitable.[25][26] On Earth, the major greenhouse gases are water vapor, which causes about 36–70% of the greenhouse effect (not including clouds); carbon dioxide (CO2), which causes 9–26%; methane (CH4), which causes 4–9%; and ozone, which causes 3–7%.[27][28] The issue is how the strength of the greenhouse effect changes when human activity increases the atmospheric concentrations of some greenhouse gases.

Human activity since the industrial revolution has increased the concentration of various greenhouse gases, leading to increased radiative forcing from CO2, methane, tropospheric ozone, CFCs and nitrous oxide. Molecule for molecule, methane is a more effective greenhouse gas than carbon dioxide, but its concentration is much smaller so that its total radiative forcing is only about a fourth of that from carbon dioxide. Some other naturally occurring gases contribute small fractions of the greenhouse effect; one of these, nitrous oxide (N2O), is increasing in concentration owing to human activity such as agriculture. The atmospheric concentrations of CO2 and CH4 have increased by 31% and 149% respectively since the beginning of the industrial revolution in the mid-1700s. These levels are considerably higher than at any time during the last 650,000 years, the period for which reliable data has been extracted from ice cores.[29] From less direct geological evidence it is believed that CO2 values this high were last attained 20 million years ago.[30] Fossil fuel burning has produced approximately three-quarters of the increase in CO2 from human activity over the past 20 years. Most of the rest is due to land-use change, in particular deforestation.[31]
Yearly increase of atmospheric CO2: In the 1960s, the average annual increase was 37% of what it was in 2000 through 2007.
Yearly increase of atmospheric CO2: In the 1960s, the average annual increase was 37% of what it was in 2000 through 2007.[32]

The present atmospheric concentration of CO2 is about 385 parts per million (ppm) by volume.[33] Future CO2 levels are expected to rise due to ongoing burning of fossil fuels and land-use change. The rate of rise will depend on uncertain economic, sociological, technological, and natural developments, but may be ultimately limited by the availability of fossil fuels. The IPCC Special Report on Emissions Scenarios gives a wide range of future CO2 scenarios, ranging from 541 to 970 ppm by the year 2100.[34] Fossil fuel reserves are sufficient to reach this level and continue emissions past 2100, if coal, tar sands or methane clathrates are extensively used.[35]

Feedbacks

Main article: Effects of global warming

The effects of forcing agents on the climate are complicated by various feedback processes.

One of the most pronounced feedback effects relates to the evaporation of water. Warming by the addition of long-lived greenhouse gases such as CO2 will cause more water to evaporate into the atmosphere. Since water vapor itself acts as a greenhouse gas, the atmosphere warms further; this warming causes more water vapor to evaporate (a positive feedback), and so on until other processes stop the feedback loop. The result is a much larger greenhouse effect than that due to CO2 alone. Although this feedback process causes an increase in the absolute moisture content of the air, the relative humidity stays nearly constant or even decreases slightly because the air is warmer.[36] This feedback effect can only be reversed slowly as CO2 has a long average atmospheric lifetime.

Feedback effects due to clouds are an area of ongoing research. Seen from below, clouds emit infrared radiation back to the surface, and so exert a warming effect; seen from above, clouds reflect sunlight and emit infrared radiation to space, and so exert a cooling effect. Whether the net effect is warming or cooling depends on details such as the type and altitude of the cloud. These details are difficult to represent in climate models, in part because clouds are much smaller than the spacing between points on the computational grids of climate models.[36]

A subtler feedback process relates to changes in the lapse rate as the atmosphere warms. The atmosphere's temperature decreases with height in the troposphere. Since emission of infrared radiation varies with the fourth power of temperature, longwave radiation emitted from the upper atmosphere is less than that emitted from the lower atmosphere. Most of the radiation emitted from the upper atmosphere escapes to space, while most of the radiation emitted from the lower atmosphere is re-absorbed by the surface or the atmosphere. Thus, the strength of the greenhouse effect depends on the atmosphere's rate of temperature decrease with height: if the rate of temperature decrease is greater the greenhouse effect will be stronger, and if the rate of temperature decrease is smaller then the greenhouse effect will be weaker. Both theory and climate models indicate that warming will reduce the decrease of temperature with height, producing a negative lapse rate feedback that weakens the greenhouse effect. Measurements of the rate of temperature change with height are very sensitive to small errors in observations, making it difficult to establish whether the models agree with observations.[37]
Northern Hemisphere ice trends
Northern Hemisphere ice trends

Southern Hemisphere ice trends
Southern Hemisphere ice trends

Another important feedback process is ice-albedo feedback.[38] When global temperatures increase, ice near the poles melts at an increasing rate. As the ice melts, land or open water takes its place. Both land and open water are on average less reflective than ice, and thus absorb more solar radiation. This causes more warming, which in turn causes more melting, and this cycle continues.

Positive feedback due to release of CO2 and CH4 from thawing permafrost, such as the frozen peat bogs in Siberia, is an additional mechanism that could contribute to warming.[39] Similarly a massive release of CH4 from methane clathrates in the ocean could cause rapid warming, according to the clathrate gun hypothesis.

The ocean's ability to sequester carbon is expected to decline as it warms. This is because the resulting low nutrient levels of the mesopelagic zone (about 200 to 1000 m depth) limits the growth of diatoms in favor of smaller phytoplankton that are poorer biological pumps of carbon.[40]

Solar variation
Solar variation over the last thirty years.
Solar variation over the last thirty years.

Main article: Solar variation

A few papers suggest that the Sun's contribution may have been underestimated. Two researchers at Duke University, Bruce West and Nicola Scafetta, have estimated that the Sun may have contributed about 45–50% of the increase in the average global surface temperature over the period 1900–2000, and about 25–35% between 1980 and 2000.[41] A paper by Peter Stott and other researchers suggests that climate models overestimate the relative effect of greenhouse gases compared to solar forcing; they also suggest that the cooling effects of volcanic dust and sulfate aerosols have been underestimated.[42] They nevertheless conclude that even with an enhanced climate sensitivity to solar forcing, most of the warming since the mid-20th century is likely attributable to the increases in greenhouse gases.

A different hypothesis is that variations in solar output, possibly amplified by cloud seeding via galactic cosmic rays, may have contributed to recent warming.[43] It suggests magnetic activity of the sun is a crucial factor which deflects cosmic rays that may influence the generation of cloud condensation nuclei and thereby affect the climate.[44]

One predicted effect of an increase in solar activity would be a warming of most of the stratosphere, whereas greenhouse gas theory predicts cooling there.[45] The observed trend since at least 1960 has been a cooling of the lower stratosphere.[46] Reduction of stratospheric ozone also has a cooling influence, but substantial ozone depletion did not occur until the late 1970s.[47] Solar variation combined with changes in volcanic activity probably did have a warming effect from pre-industrial times to 1950, but a cooling effect since.[1] In 2006, Peter Foukal and other researchers from the United States, Germany, and Switzerland found no net increase of solar brightness over the last thousand years. Solar cycles led to a small increase of 0.07% in brightness over the last thirty years. This effect is too small to contribute significantly to global warming.[48][49] One paper by Mike Lockwood and Claus Fröhlich found no relation between global warming and solar radiation since 1985, whether through variations in solar output or variations in cosmic rays.[50] Henrik Svensmark and Eigil Friis-Christensen, the main proponents of cloud seeding by galactic cosmic rays, disputed this criticism of their hypothesis.[51] A 2007 paper found that in the last 20 years there has been no significant link between changes in cosmic rays coming to Earth and cloudiness and temperature.[52][53][54]

Temperature changes
Two millennia of mean surface temperatures according to different reconstructions, each smoothed on a decadal scale. The unsmoothed, annual value for 2004 is also plotted for reference.
Two millennia of mean surface temperatures according to different reconstructions, each smoothed on a decadal scale. The unsmoothed, annual value for 2004 is also plotted for reference.

Main article: Temperature record

Recent

Global temperatures on both land and sea have increased by 0.75 °C (1.35 °F) relative to the period 1860–1900, according to the instrumental temperature record. This measured temperature increase is not significantly affected by the urban heat island effect.[55] Since 1979, land temperatures have increased about twice as fast as ocean temperatures (0.25 °C per decade against 0.13 °C per decade).[56] Temperatures in the lower troposphere have increased between 0.12 and 0.22 °C (0.22 and 0.4 °F) per decade since 1979, according to satellite temperature measurements. Temperature is believed to have been relatively stable over the one or two thousand years before 1850, with possibly regional fluctuations such as the Medieval Warm Period or the Little Ice Age.

Sea temperatures increase more slowly than those on land both because of the larger effective heat capacity of the oceans and because the ocean can lose heat by evaporation more readily than the land.[57] The Northern Hemisphere has more land than the Southern Hemisphere, so it warms faster. The Northern Hemisphere also has extensive areas of seasonal snow and sea-ice cover subject to the ice-albedo feedback. More greenhouse gases are emitted in the Northern than Southern Hemisphere, but this does not contribute to the difference in warming because the major greenhouse gases persist long enough to mix between hemispheres.

Based on estimates by NASA's Goddard Institute for Space Studies, 2005 was the warmest year since reliable, widespread instrumental measurements became available in the late 1800s, exceeding the previous record set in 1998 by a few hundredths of a degree.[58] Estimates prepared by the World Meteorological Organization and the Climatic Research Unit concluded that 2005 was the second warmest year, behind 1998.[59][60] Temperatures in 1998 were unusually warm because the strongest El Niño in the past century occurred during that year.[61]

Anthropogenic emissions of other pollutants—notably sulfate aerosols—can exert a cooling effect by increasing the reflection of incoming sunlight. This partially accounts for the cooling seen in the temperature record in the middle of the twentieth century,[62] though the cooling may also be due in part to natural variability. James Hansen and colleagues have proposed that the effects of the products of fossil fuel combustion—CO2 and aerosols—have largely offset one another, so that warming in recent decades has been driven mainly by non-CO2 greenhouse gases.[63]

Paleoclimatologist William Ruddiman has argued that human influence on the global climate began around 8,000 years ago with the start of forest clearing to provide land for agriculture and 5,000 years ago with the start of Asian rice irrigation.[64] Ruddiman's interpretation of the historical record, with respect to the methane data, has been disputed.[65]

Pre-human climate variations
Curves of reconstructed temperature at two locations in Antarctica and a global record of variations in glacial ice volume. Today's date is on the left side of the graph.
Curves of reconstructed temperature at two locations in Antarctica and a global record of variations in glacial ice volume. Today's date is on the left side of the graph.

Further information: Paleoclimatology
See also: Snowball Earth

Earth has experienced warming and cooling many times in the past. The recent Antarctic EPICA ice core spans 800,000 years, including eight glacial cycles timed by orbital variations with interglacial warm periods comparable to present temperatures.[66]

A rapid buildup of greenhouse gases amplified warming in the early Jurassic period (about 180 million years ago), with average temperatures rising by 5 °C (9 °F). Research by the Open University indicates that the warming caused the rate of rock weathering to increase by 400%. As such weathering locks away carbon in calcite and dolomite, CO2 levels dropped back to normal over roughly the next 150,000 years.[67][68]

Sudden releases of methane from clathrate compounds (the clathrate gun hypothesis) have been hypothesized as both a cause for and an effect of other warming events in the distant past, including the Permian–Triassic extinction event (about 251 million years ago) and the Paleocene–Eocene Thermal Maximum (about 55 million years ago).

Climate models
Calculations of global warming prepared in or before 2001 from a range of climate models under the SRES A2 emissions scenario, which assumes no action is taken to reduce emissions.
Calculations of global warming prepared in or before 2001 from a range of climate models under the SRES A2 emissions scenario, which assumes no action is taken to reduce emissions.
The geographic distribution of surface warming during the 21st century calculated by the HadCM3 climate model if a business as usual scenario is assumed for economic growth and greenhouse gas emissions. In this figure, the globally averaged warming corresponds to 3.0 °C (5.4 °F).
The geographic distribution of surface warming during the 21st century calculated by the HadCM3 climate model if a business as usual scenario is assumed for economic growth and greenhouse gas emissions. In this figure, the globally averaged warming corresponds to 3.0 °C (5.4 °F).

Main article: Global climate model

Scientists have studied global warming with computer models of the climate. These models are based on physical principles of fluid dynamics, radiative transfer, and other processes, with simplifications being necessary because of limitations in computer power and the complexity of the climate system. All modern climate models include an atmospheric model that is coupled to an ocean model and models for ice cover on land and sea. Some models also include treatments of chemical and biological processes.[69]These models predict that the effect of adding greenhouse gases is to produce a warmer climate.[70] However, even when the same assumptions of future greenhouse gas levels are used, there still remains a considerable range of climate sensitivity.

Including uncertainties in future greenhouse gas concentrations and climate modeling, the IPCC anticipates a warming of 1.1 °C to 6.4 °C (2.0 °F to 11.5 °F) by the end of the 21st century, relative to 1980–1999.[1] Models have also been used to help investigate the causes of recent climate change by comparing the observed changes to those that the models project from various natural and human-derived causes.

Current climate models produce a good match to observations of global temperature changes over the last century, but do not simulate all aspects of climate.[71] These models do not unambiguously attribute the warming that occurred from approximately 1910 to 1945 to either natural variation or human effects; however, they suggest that the warming since 1975 is dominated by man-made greenhouse gas emissions.

Global climate model projections of future climate are forced by imposed greenhouse gas emission scenarios, most often from the IPCC Special Report on Emissions Scenarios (SRES). Less commonly, models may also include a simulation of the carbon cycle; this generally shows a positive feedback, though this response is uncertain (under the A2 SRES scenario, responses vary between an extra 20 and 200 ppm of CO2). Some observational studies also show a positive feedback.[72][73][74]

The representation of clouds is one of the main sources of uncertainty in present-generation models, though progress is being made on this problem.[75]

A recent study by David Douglass, John Christy, Benjamin Pearson and Fred Singer comparing the composite output of 22 leading global climate models with actual climate data finds that the models do not accurately predict observed changes to the temperature profile in the tropical troposphere. The authors note that their conclusions contrast strongly with those of recent publications based on essentially the same data.[76]

Attributed and expected effects
Sparse records indicate that glaciers have been retreating since the early 1800s. In the 1950s measurements began that allow the monitoring of glacial mass balance, reported to the WGMS and the NSIDC.
Sparse records indicate that glaciers have been retreating since the early 1800s. In the 1950s measurements began that allow the monitoring of glacial mass balance, reported to the WGMS and the NSIDC.

Main article: Effects of global warming

Although it is difficult to connect specific weather events to global warming, an increase in global temperatures may in turn cause broader changes, including glacial retreat, Arctic shrinkage, and worldwide sea level rise. Changes in the amount and pattern of precipitation may result in flooding and drought. There may also be changes in the frequency and intensity of extreme weather events. Other effects may include changes in agricultural yields, addition of new trade routes,[77] reduced summer streamflows, species extinctions, and increases in the range of disease vectors.

Some effects on both the natural environment and human life are, at least in part, already being attributed to global warming. A 2001 report by the IPCC suggests that glacier retreat, ice shelf disruption such as that of the Larsen Ice Shelf, sea level rise, changes in rainfall patterns, and increased intensity and frequency of extreme weather events, are being attributed in part to global warming.[78] While changes are expected for overall patterns, intensity, and frequencies, it is difficult to attribute specific events to global warming. Other expected effects include water scarcity in some regions and increased precipitation in others, changes in mountain snowpack, and adverse health effects from warmer temperatures.[79]

Increasing deaths, displacements, and economic losses projected due to extreme weather attributed to global warming may be exacerbated by growing population densities in affected areas, although temperate regions are projected to experience some benefits, such as fewer deaths due to cold exposure.[80] A summary of probable effects and recent understanding can be found in the report made for the IPCC Third Assessment Report by Working Group II.[78] The newer IPCC Fourth Assessment Report summary reports that there is observational evidence for an increase in intense tropical cyclone activity in the North Atlantic Ocean since about 1970, in correlation with the increase in sea surface temperature, but that the detection of long-term trends is complicated by the quality of records prior to routine satellite observations. The summary also states that there is no clear trend in the annual worldwide number of tropical cyclones.[1]

Additional anticipated effects include sea level rise of 110 to 770 millimeters (0.36 to 2.5 ft) between 1990 and 2100,[81] repercussions to agriculture, possible slowing of the thermohaline circulation, reductions in the ozone layer, increased intensity (but less frequent)[82] of hurricanes and extreme weather events, lowering of ocean pH, and the spread of diseases such as malaria and dengue fever. One study predicts 18% to 35% of a sample of 1,103 animal and plant species would be extinct by 2050, based on future climate projections.[83] However, few mechanistic studies have documented extinctions due to recent climate change[84] and one study suggests that projected rates of extinction are uncertain.[85]

Economic
The projected temperature increase for a range of stabilization scenarios (the colored bands). The black line in middle of the shaded area indicates 'best estimates'; the red and the blue lines the likely limits. From the work of IPCC AR4.
The projected temperature increase for a range of stabilization scenarios (the colored bands). The black line in middle of the shaded area indicates 'best estimates'; the red and the blue lines the likely limits. From the work of IPCC AR4.

Main articles: Economics of global warming and Low-carbon economy

Some economists have tried to estimate the aggregate net economic costs of damages from climate change across the globe. Such estimates have so far failed to reach conclusive findings; in a survey of 100 estimates, the values ran from US$-10 per tonne of carbon (tC) (US$-3 per tonne of carbon dioxide) up to US$350/tC (US$95 per tonne of carbon dioxide), with a mean of US$43 per tonne of carbon (US$12 per tonne of carbon dioxide).[80] One widely publicized report on potential economic impact is the Stern Review; it suggests that extreme weather might reduce global gross domestic product by up to 1%, and that in a worst-case scenario global per capita consumption could fall 20%.[86] The report's methodology, advocacy and conclusions have been criticized by many economists, primarily around the Review's assumptions of discounting and its choices of scenarios,[87] while others have supported the general attempt to quantify economic risk, even if not the specific numbers.[88][89]

Preliminary studies suggest that costs and benefits of mitigating global warming are broadly comparable in magnitude.[90]

According to United Nations Environment Programme (UNEP), economic sectors likely to face difficulties related to climate change include banks, agriculture, transport and others.[91] Developing countries dependent upon agriculture will be particularly harmed by global warming.[92]

Adaptation and mitigation

Main articles: Adaptation to global warming, Mitigation of global warming, and Kyoto Protocol

The broad agreement among climate scientists that global temperatures will continue to increase has led some nations, states, corporations and individuals to implement actions to try to curtail global warming or adjust to it. Many environmental groups encourage individual action against global warming, often by the consumer, but also by community and regional organizations. Others have suggested a quota on worldwide fossil fuel production, citing a direct link between fossil fuel production and CO2 emissions.[93][94]

There has also been business action on climate change, including efforts at increased energy efficiency and limited moves towards use of alternative fuels. One important innovation has been the development of greenhouse gas emissions trading through which companies, in conjunction with government, agree to cap their emissions or to purchase credits from those below their allowances.

The world's primary international agreement on combating global warming is the Kyoto Protocol, an amendment to the UNFCCC negotiated in 1997. The Protocol now covers more than 160 countries globally and over 55% of global greenhouse gas emissions.[95] Only the United States and Kazakhstan have not ratified the treaty, with the United States historically being the world's largest emitter of greenhouse gas. This treaty expires in 2012, and international talks began in May 2007 on a future treaty to succeed the current one.[96]

Claiming "serious harm" to the United States economy and the exemption of "80 percent of the world, including major population centers" like China and India from the treaty, George W. Bush contends that the Kyoto Protocol is an unfair and ineffective means of addressing global climate change concerns.[97] Bush has promoted improved energy technology as a means to combat climate change,[98] and various state and city governments within the United States have begun their own initiatives to indicate support and compliance with the Kyoto Protocol on a local basis; an example of this being the Regional Greenhouse Gas Initiative.[99] The U.S. Climate Change Science Program is a joint program of over twenty U.S. federal agencies, working together to investigate climate change.

China and India, though exempt from its provisions as developing countries, have ratified the Kyoto Protocol. China may have passed the U.S. in total annual greenhouse gas emissions according to some recent studies[100]. Chinese Premier Wen Jiabao has called on the nation to redouble its efforts to tackle pollution and global warming.[101]

The IPCC's Working Group III is responsible for crafting reports that deal with the mitigation of global warming and analyzing the costs and benefits of different approaches. In the 2007 IPCC Fourth Assessment Report, they conclude that no one technology or sector can be completely responsible for mitigating future warming. They find there are key practices and technologies in various sectors, such as energy supply, transportation, industry, and agriculture, that should be implemented to reduced global emissions. They estimate that stabilization of carbon dioxide equivalent between 445 and 710 ppm by 2030 will result in between a 0.6% increase and 3% decrease in global gross domestic product.[102] According to Working Group III, to limit temperature rise to 2 Degrees Centigrade, "developed countries as a group would need to reduce their emissions to below 1990 levels in 2020 (on the order of –10% to 40% below 1990 levels for most of the considered regimes) and to still lower levels by 2050 (40% (Sic. 80% in Box 13.7, p776) to 95% below 1990 levels), even if developing countries make substantial reductions."[103]

Social and political debate

Main articles: Global warming controversy, Politics of global warming, and Economics of global warming
See also: Climate change denial

Per capita greenhouse gas emissions in 2000, including land-use change.
Per capita greenhouse gas emissions in 2000, including land-use change.
Per country greenhouse gas emissions in 2000, including land-use change.
Per country greenhouse gas emissions in 2000, including land-use change.

Since the last decades of the 20th century, increased awareness of the scientific findings surrounding global warming has resulted in political and economic debate.[104] Poor regions, particularly Africa, appear at greatest risk from the projected effects of global warming, while their emissions have been small compared to the developed world.[105] At the same time, developing country exemptions from provisions of the Kyoto Protocol have been criticized by the United States and Australia, and used as part of a rationale for continued non-ratification by the U.S.[106] In the Western world, the idea of human influence on climate has gained wider public acceptance in Europe than in the United States.[107][108]

The issue of climate change has sparked debate weighing the benefits of limiting industrial emissions of greenhouse gases against the costs that such changes would entail. There has been discussion in several countries about the cost and benefits of adopting alternative energy sources in order to reduce carbon emissions.[109] Organizations and companies such as the Competitive Enterprise Institute and ExxonMobil have emphasized more conservative climate change scenarios while highlighting the potential economic cost of stricter controls.[110][111][112][113] Likewise, various environmental lobbies and a number of public figures have launched campaigns to emphasize the potential risks of climate change and promote the implementation of stricter controls. Some fossil fuel companies have scaled back their efforts in recent years,[114] or called for policies to reduce global warming.[115]

Another point of contention is the degree to which emerging economies such as India and China should be expected to constrain their emissions. According to recent reports, China's gross national CO2 emissions may now exceed those of the U.S. [116] China has contended that it has less of an obligation to reduce emissions since its per capita emissions are roughly one-fifth that of the United States.[117] India, also exempt from Kyoto restrictions and another of the biggest sources of industrial emissions, has made similar assertions.[118] However, the U.S. contends that if they must bear the cost of reducing emissions, then China should do the same.[119]

Related climatic issues

Main articles: Ocean acidification, global dimming, and ozone depletion

A variety of issues are often raised in relation to global warming. One is ocean acidification. Increased atmospheric CO2 increases the amount of CO2 dissolved in the oceans.[120] CO2 dissolved in the ocean reacts with water to form carbonic acid, resulting in acidification. Ocean surface pH is estimated to have decreased from 8.25 near the beginning of the industrial era to 8.14 by 2004,[121] and is projected to decrease by a further 0.14 to 0.5 units by 2100 as the ocean absorbs more CO2.[1][122] Since organisms and ecosystems are adapted to a narrow range of pH, this raises extinction concerns, directly driven by increased atmospheric CO2, that could disrupt food webs and impact human societies that depend on marine ecosystem services.[123]

Global dimming, the gradual reduction in the amount of global direct irradiance at the Earth's surface, may have partially mitigated global warming in the late 20th century. From 1960 to 1990 human-caused aerosols likely precipitated this effect. Scientists have stated with 66–90% confidence that the effects of human-caused aerosols, along with volcanic activity, have offset some of the global warming, and that greenhouse gases would have resulted in more warming than observed if not for these dimming agents.[1]

Ozone depletion, the steady decline in the total amount of ozone in Earth's stratosphere, is frequently cited in relation to global warming. Although there are areas of linkage, the relationship between the two is not strong.





Baca Terusannya..

.:: Love Test Meter ::.

Buktikan seberapa besar rasa cinta dan sayang mu dengan orang yang kamu sayangi

klik di sini